Kamis, 13 Desember 2018

Naskah Drama : ABU

ABU KARYA : B.SOELARTO PARA PELAKU : TUAN X, USIA 48 TAHUN NYONYA X, WANITA MANIS USIA 25 TAHUN RUH ROMUSA, LELAKI USIA 30 TAHUN DOKTER, LELAKI USIA 36 TAHUN PELAYAN, WANITA USIA 27 TAHUN Romusa-romusa Yang tanpa kubur, tanpa nama Bagi deritamu, bagi korbananmu: Salam kasih sungkawa Dan kutuk menghantu Bagi yang tega korup Atas nama arwahmu, keturunanmu Atas abu darah siksamu AWAL MALAM. DALAM SEBUAH RUANG KAMAR KERJA, LENGKAP DENGAN PERABOTANNYA YANG MEWAH, SERTA SEBUAH TELPON DIATAS MEJA KERJA SEBELAH SUDUT. DARI PINTU KAMAR TIDUR TUAN X KELUAR SAMBIL MELEPAS DASINYA. PELAYAN DARI PINTU KAMAR TAMU, PADA TANGAN KANANNYA TERGENGGAM SEBUAH BUNGKUSAN KECIL. TUAN X : Mana Nyonya? PELAYAN : Keluar kursus, Tuan. TUAN X : Oo ya, aku lupa-lupa saja kalau dia lagi asik dengan kursus kecantikannya. Naik skuter apa sedan biru? PELAYAN : Sedan biru tuan. TUAN X : Apa itu yang kau pegang? PELAYAN : Ini tadi dari nyonya. Pesan nyonya supaya disampaikan kepada tuan bila tuan sudah pulang lebih dulu. Nyonya bilang bungkusan ini diterima dari seseorang yang belum dikenalnya untuk disampaikan kepada tuan. TUAN X : Ada suratnya? PELAYAN : Cuma bungkusan ini saja. PELAYAN MENYERAHKAN BUNGKUSAN, TERUS PERGI KEARAH PINTU KAMAR TAMU. TUAN X, MEMBUKA BUNGKUSAN. SEBUAH KOTAK KECIL, TERUS DIBUKANYA. TUAN X NAMPAK KEHERANAN MENGAMATI ISINYA. TUAN X : Apa ini, abu melulu. Hah, kurang ajar siapa yang main-main ini. TUAN X MELEMPAR ISI KOTAK, HINGGA ABU BETERBANGAN DAN SEBAGIAN MENGENAI MUKA. DENGAN GEMAS KOTAK DILEMPAR KELANTAI SAMBIL MEROGOH KANTONG CELANA, MENGELUARKAN SAPUTANGAN DISAPUKAN KEWAJAH. PADA SAAT ITU JUGA LAMPU LISTRIK DALAM RUANGAN ITU SEPERTI KENA GANGGUAN. PADAM SESAAT, NYALA LAGI. BERBARENG DENGAN MENYALANYA, RUH SUDAH HADIR. TEGAK BEBERAPA LANGKAH DIHADAPAN TUAN X. RUH BERTUBUH KURUS, KOTOR. PAKAI KAOS DALAM LUSUH KOTOR YANG MASIH DIBEKASI DARAH KERING. BERCELANA PENDEK KUMAL BERTAMBAL. KAKI TELANJANG, DIBEKASI KUDIS DAN BOROK. PADA WAJAHNYA YANG SANGAT PUCAT SERTA BAGIAN LEHERNYA, MASIH NAMPAK TERLEKAT DARAH KERING. TUAN X TERSENTAK KAGET MELIHAT KEHADIRAN RUH, MULUTNYA GEMETAR SAMBIL MELANGKAH MUNDUR. TUAN X HENDAK TERIAK KETAKUTAN, TAPI SUARANYA TERTAHAN DITENGGOROKAN. RUH MENATAP TENANG SAMBIL MERINGIS. RUH : Menyesal sekali kehadiranku yang tak terduga sangat mengganggu, mengagetkan tuan. TUAN X : Han...tu..... RUH : Aku ini ruh. Ruh insan malang. Tepatnya, ruh insan yang pernah tuan melangkah. TUAN X : Tidak! Aku belum pernah merasa membunuh orang. RUH : Secara langsung, memang belum. Tapi akibat tindakmu disuatu waktu dalam masa lampau, beratus manusia tanpa dosa harus mati kelaparan. Atau mati dimakan kuman-kuman penyakit. Atau mati diujung pancung pedang, bayonet dan tembusan pelor, dinamit. Dan akulah ruh dari sekian arwah insan malang itu. TUAN X : Bohong, bohong....... RUH MERINGIS RUH : Ruh tidak bisa dusta. Untuk mengingatkan tuan, lihatlah gambar wujud hayatku ini. Ingat tuan? Semasa kekuasaan tentara fasis merajalela menindas bangsa tuan, dengan mangaku sebagai “saudara tua”. Dan sebagian besar bangsa tuan yang sudah kelaparan masih dipaksa untuk menjadi “pekerja sukarela”, dalam jumlah beribu. Dan tuan berhasil mempersembahkan beratus orang, termasuk aku, untuk kepentingan sang saudara tua sebagai “romusa”. TUAN X : Romusa !?! RUH : Romusa, pahlawan tanah air, prajurit tanpa senjata. Berjuang sebagai satria bersama saudara tua. Pekerja sukarela yang gagah perwira. Rela korbankan jiwa raga demi nusa bangsa. Demi kebebasan bangsa-bangsa asia dari cengkraman imperialis. Demi kemakmuran Asia Timur Raya! Ingat? Betapa tuan menggelorakan kalimat-kalimat nan indah merdu itu, hingga kami terbius dan serentak teriak setuju! RUH TERTAWA KECIL, MAJU SELANGKAH HINGGA TUAN X DENGAN GEMETAR KETAKUTAN MELANGKAH MUNDUR, DAN SAPUTANGAN DALAM GENGGAMANNYA JATUH TERLEPAS. BIBIRNYA BERGERAK GEMETAR, HENDAK BICARA TAPI DITIMPA SUARA RUH. RUH : Lalu kami baru sadar tertipu propaganda palsu, setelah kami jadi kerangka hidup seperti gambaran wujud hayatku. Kami diperlakukan lebih nista tertimbang keledai tua. Tapi terlambat, mulut kami sudah dibungkam derita yang tak mungkin dilukiskan dengan kata. Dalam cengkraman tangan besi tentara fasis yang mengaku saudara tua. Dan kami mati nista, tanpa kubur, tanpa nisan, tanpa nama. TUAN X : Tidak! Itu bukan tanggung jawabku. RUH MERINGIS RUH : Ingat? Berapa banyak keluarga kami yang tumpas tanpa katurunan, tanpa bekas. TUAN X : Itu bukan tanggung jawabku. RUH : Ingat? Betapa kau selalu beritakan pada biniku yang manis, bahwa aku telah “gugur pecah sebagai ratna” dinegeri rantau. Lalu kau ambil biniku yang manis untuk pelepas nafsu. Lalu dengan dalih palsu kau lempar dia kepasar “gula-gula” serdadu-serdadu fasis. Untuk kemudian musti mati dipuncak segala kenistaan, akibat penyakit kotor. Apakah itu semua juga bukan tanggung jawabmu? TUAN X : Itu salah dia sendiri....... RUH TERTAWA PALSU. RUH : Sudah tersurat, bahkan dialam baka, mereka yang celaka akan masih mencoba lemparkan tanggung jawab diri pribadi pada orang lain. Tapi tuan, jangan takut. Aku bukan hendak menuntut tanggung jawab. Aku sama sekali tidak behak untuk itu. Kehadiranku, Cuma untuk mengingatkan ingatanmu. RUH MERINGIS MAJU SELANGKAH LAGI, HINGGA TUAN X YANG MELANGKAH MUNDUR MEMBENTUR MEJA KERJA. TUAN X TAMBAH KETAKUTAN, SUARANYA GAGAP, TERIAK. TAUN X : Jangan....jangan cekik aku! RUH : Jangan takut, jangankan mencekik, menjamah jasad tuan pun aku tak kuasa melakukan. MENDENGARKAN TERIAKAN, PELAYAN BURU-BURU MASUK KERUANG KAMAR KERJA. PELAYAN KAGET KEHERANAN MELIHAT SIKAP TUAN X. PELAYAN : Ada apa, tuan. TUAN X : Tolong.....tolong.....ada hantu! PELAYAN TERSENTAK, IKUT KETAKUTAN PELAYAN : Hantu!?! Ma...mana...mana hantunya.... TUAN X : Dimukaku, tolol! Tolong, usir dia! Setan ini mau bunuh aku. PELAYAN : Setan!?! Tuan...tuan keranjingan setan!?! PELAYAN DENGAN KETAKUTAN LARI KELUAR. RUH YANG MENYAKSIKAN ADEGAN ITU HANYA MERINGIS LEBAR. DAN BEGITU PELAYAN PERGI, BEGITU RUH BICARA. RUH : Nah sementara dia minta pertolongan, kita bisa teruskan pembicaraan ini. TUAN X : Cukup sudah, sekarang enyah kau! RUH : Sayang sekali, aku masih enggan pergi. Sebab masih ada hal yang musti kusampaikan. Hal tuan sekarang bisa hidup dalam nikmat kemewahan gemilang. TUAN X : Itu bukan urusanmu! RUH : Sayang sekali bahwa aku justru merasa ikut berkepentingan. TUAN X : Semua ini kucapai bekat usahaku sendiri. RUH : Tapi ada segi yang menyangkut kami arwah romusa yang dulu tuan kerahkan. Sebab bukankah modal berjuta untuk usaha niaga tuan ini, tuan peroleh dengan mempergunakan atas nama romusa korban perang dan keluarganya, bukankah duit ganti rugi yang sangat besar ini tuan peroleh justru karena tuan mengaku mewakili arwah kami dan keluarga kami? TUAN X : Kalau kau hendak menggugat, gugatlah pihak yang berwenang. RUH : Aku bukan hendak menggugat. Aku Cuma mau mengingatkan ingatan tuan. TUAN X MENDADAK MEMPEROLEH KEKUATAN MENGUASAI DIRI, DAN MENCOBA KETAWA. TUAN X : Oho mengingatkan? Baik-baik, kalau begitu ingatkanlah pemerintah. RUH : Kami tidak lagi berurusan dengan pemerintah dan organisasi apa saja yang ada dialam fana. Itu urusan kalian penghuni dunia. TUAN X : Jadi kenapa kau hendak juga berurusan dengan aku, hah? RUH : Oo itu perkara lain. Sebab dengan tuan, urusannya bersifat pribadi. TUAN X : Urusan pribadi katamu? Hoo tidak, aku tidak punya urusan pribadi dengan hantu. RUH : Sulitnya, justru aku merasa punya urusan pribadi dengan tuan. Kalau tidak, buat apalah kehadiranku ini. TUAN X : Dengar, kau memamerkan dirimu disini tanpa kuminta, tanpa kuundang. Jadi persetan dengan urusanmu. Sekarang, enyah kau! RUH : Bagaimanapun juga takkan dapat tuan ingkari bahwa khusus antara aku dan tuan masih ada urusan. TUAN X : Kalaupun ada, baik. Itu urusan kelak kita rampungkan dialam baka. RUH : Kehadiranku bukan untuk merampungkan urusan itu. Soal penyelesaian urusan itu, diluar kemampuanku. TUAN X TAMPAK MAKIN MENJADI BERANI, SAMBIL MENGACUNGKAN TELUNJUK TANGAN KANANNYA KEARAH RUH, IA BERSERU. TUAN X : Kau mau peras aku ya! RUH TERTAWA KECIL PARAU. TUAN X : He, apa yang kau rasakan lucu, hah. RUH : Tuan lupa bahwa ruh menganggap seluruh harta dunia fana samasekali tak ada nilai dan manfaatnya. TUAN X : Lalu kau mau apa!?! RUH : Duduklah tuan. TUAN DENGAN KESAL MENURUTI DUDUK. RUH : Ingat? Tatkala tuan hendak memperoleh duwit ganti rugi yang berjuta jumlahnya, tuan nyatakan janji bahwa kesemuanya adalah untuk kepentingan “kesejahteraan keluarga romusa”. Untuk memberikan tunjangan sosial pada sisa keluarga kami yang masih ada. Memberi beasiswa pada anak keturunan kami yang masih tersisa. Dan berbagai dana sosial lainnya. Mengumpulkan tulang belulang kami yang tersebar ditanah air dan dirantau. Untuk lalu dikubur dengan upacara agama, dengan nisan dan tugu kenangan segala. Sekarang, sudahkah semua itu tuan penuhi? TUAN X : Itu.....itu.....akan...ya, akan kupenuhi pada saatnya. Ya, itu aku ingat, dan akan kupenuhi...... RUH : Dengan janji. TUAN X : Tidak! Akan kupenuhi janji itu. Akan. RUH : Akan? Bila? TUAN X : Bila saatnya tiba. RUH TERTAWA KECIL PARAU. RUH : Jadi kenapa sekarang seluruh kekayaan itu sudah tuan nyatakan atas nama pribadi. TUAN X : Oo, itu Cuma soal administrasi. Ya, untuk sementara saja kupinjam. RUH : Pinjam? Ya, ya, semua harta yang ada didunia fana bersifat sementara. Semua adalah pinjaman. Soalnya bukan itu. Soalnya aku hendak mengingatkan bahwa tuan telah culas dan dusta. Tuan telah catut nama bahkan mayat sijelata, untuk memperoleh harta berjuta guna tuan miliki dan nikmati sendiri. Sementara tuan masih tega berlagak sebagai pembela sijelata yang malang. Tuan, masih banyak manusia senilai tuan yang sempat nikmati harta haram secara terhormat sampai saat mati. Tapi sebagai yang tersurat, ingat! Semua harta haram itu akan bicara sendiri dan tidaklah mungkin bagi tuan untuk mengelak diri. TUAN X : Harta haram?!? Jika benar begitu, aku sudah lama gulung tikar. Kenyataannya sebaliknya. Hartaku bertambah. Namaku tambah dihormati. Senua orang tau aku hartawan yang dermawan. RUH : Tuan pikir seperti bocah saja. Tidak kurang insan yang menyimpan kejahatan malah beroleh kejayaan dan kehormatan dialam fana. TUAN X : Kau ini memangnya hendak memberikan khotbah ya. RUH : Aku Cuma mau mengingatkan ingatan tuan dalam hubungannya dengan arwah kami. Selanjutnya tuanlah yang menentukan pilihan langkah tuan sendiri. TUAN X TERTAWA TUAN X : Sudah, aku tidak pelukan khotbahmu. Akalku waras. Kalaupun aku sudah melangkah kelangkah sesat, itu bisa kuperbaiki kelak dengan bertaubat. RUH : Bertaubat? Ya, bahkan sudah tersurat, mereka yang celaka, yang sesat, kelak diakhirat akan mohon diberi kesempatan sekali lagi hidup dialam fana, hanya untuk bertaubat. TUAN X BANGKIT DENGAN PERASAAN DONGKOL TUAN X : Aku tadi bilang, aku akan bertaubat tidak diakhirat. Tapi disini, didunia ini, dalam hidupku. Bukan dalam matiku. RUH TERTAWA KECIL PARAU RUH : Adakah tuan punya pengetahuan yang dapat memastikan bila saat kematianmu tiba? Oo, fikirkan tuan sudah tidak berakal lagi. TUAN X : Setan, kau tuduh aku sudah sinting ya! PADA SAAT ITU JUGA NYONYA X MUNCUL DIIKUTI PELAYAN. KEDUA WANITA ITU KEHERANAN MELIHAT SIKAP TINGKAH TUAN X. NYONYA X NAMPAK CEMAS SEKALI. NYONYA X : Mas, mas, ada apa.... TUAN X TEKEJUT MELIHAT KEHADIRAN ISTERI DAN PELAYANNYA. BURU-BURU IA MENGHAMPIRI ISTERINYA SAMBIL MENUDINGKAN TANGAN KANANNYA KEARAH RUH YANG TEGAK MENATAP KETIGA MANUSIA ITU DENGAN SIKAP TENANG TENANG. TUAN X : Dinda, dia itu, dia setan celaka itu bilang aku sudah sinting. NYONYA X TERSENTAK, DAN TAMBAH CEMAS, SERAYA MENJERIT KECIL. NYONYA X : Setan!?! TUAN X : Ya setan, hantu. Itu dia ada disana, lihat dia meringis. Lihat.... NYONYA X : aku cuma lihat tembok. TUAN X : Jadi kau tidak lihat dia? Ooo.... TUAN X MENGHAMPIRI PELAYAN YANG DENGAN CEMAS TAKUT SETENGAH BERSEMBUNYI DIBELAKANG NYONYA X. TUAN X : Kau...kau, tentu kau lihat itu, kan. PELAYAN : Ti....tidak tuan. TUAN X : Celaka!!!! RUH : Cuma tuanlah, yang bisa lihat dan dengar bicaraku. TUAN X DENGAN SIKAP MARAH CEPAT MEMBALIK BADANNYA, MELOTOT KEARAH RUH SAMBIL TERIAK. TUAN X : Tutup mulutmu! NYONYA X : Mas! Aku tidak bicara apa-apa. TUAN X MEMBALIK LAGI, SAMBIL MENGHEMBUSKAN KELUHAN PANJANG. TUAN X : Bukan kau dinda yang kusuruh tutup mulut, tapi hantu celaka yang disana itu. NYONYA X : Disana mana? Mana?!? Aku Cuma lihat tembok, mas. RUH TERTAWA KECIL PARAU, YANG MENYEBABKAN TUAN X DENGAN MERADANG MEMBALIK, MAJU BEBERAPA LANGKAH DENGAN TINJU AMARAHNYA DITUJUKAN KE ARAH RUH. TUAN X : Kau tertawakan aku ya! NYONYA X : Tidak ada yang ketawa, mas. TUAN X MEMBALIK LAGI, MENGHAMPIRI ISTERINYA DENGAN KESAL TUAN X : Ya, kau tau bukan kalian yang ketawa, tapi setan jahanam itu! KEMUDIAN DENGAN SEGALA AMARAHNYA TUAN X TERIAK. TUAN X : Enyah kau, enyah! NYONYA X : Mas, kau mengusir aku, mas? TUAN X JADI TAMBAH KESAL, NAMUN CEPAT IA LAYANI ISTERINYA YANG NAMPAK KESAL CEMAS. TUAN X : Sendat aku jadinya. PELAYAN CEPAT MENGHADAP NYONYA X, BERKATA DENGAN SUARA KETAKUTAN. PELAYAN : Nyonya sudah lihat sendiri keadaan tuan. Pasti keranjingan setan, atau kena tenung sihir. NYONYA X MENGANGGUK-ANGGUK DAN DENGAN MASIH DIPENUHI KECEMASAN IA TERUS MEMANDANG SUAMINYA, YANG KARENA MENDENGAR SUARA PELAYAN LALU MENGHARDIK. TUAN X : Apa aku bilang tadi! RUH : Keranjingan setan. TUAN X MENGHANTAMKAN TINJUNYA KEATAS MEJA SAMBIL TERIAK KE ARAH RUH. TUAN X : Tutup mulut! NYONYA X : Aku tidak bicara apa-apa, mas. TUAN X : Ooo, bukan kau dinda, bukan kau. NYONYA X : Mas mungkin sekali kau kena guna-guna jahat. TUAN X : Tidak. Aku ketamuan ruh. Ruh seorang romusa celaka. NYONYA X : Ruh apa, mas. TUAN X : Ruh romusa. Tapi ah, apa perlunya semua ini kukatakan. Waktu itu usiamu mungkin baru sepuluh tahun, kau belum tau apa itu romusa. Sekarang yang penting, lekas tolong aku. Bawa kemari , dukun atau kyai, atau siapa saja untuk mengusir hantu itu. Lekas dinda, pakai mobil. Lekas! NYONYA X MENGANGGUK, TERUS CEPAT-CEPAT KELUAR DIIKUTI PELAYAN. BEGITU KEDUA WANITA ITU PERGI, BEGITU RUH KETAWA KECIL PARAU. TUAN X : Kau...kau mau apalagi, mau apalagi!!! RUH : Cuma mau pamit. Kita berpisah untuk sementara waktu. TUAN X : Apa maksudmu dengan sementara waktu, hah. Kau mau kembali ganggu aku seperti sekarang ini, begitu!?! RUH : Tidak usah tuan kuatirkan. Kita mungkin masih akan saling berjumpa lagi, dialam baka kelak. Itu yang kumaksudkan dengan perpisahan sementara waktu. RUH MELANGKAH KEPINTU RUANG TAMU. DIAMBANG RUH HENTI SESAAT, SAMBIL MERINGIS LEBAR KEARAH TUAN X YANG SUDAH LESU. RUH : Selamat berpisah. RUH TERUS KELUAR, TUAN X MEMIJATI DAHINYA SAMBIL TERKULAI DI KURSI. TANPA MENGHIRAUKAN KEPERGIAN RUH, TUAN X MEMBERI ISYARAT DENGAN TANGAN KIRINYA. ISYARAT MENGUSIR. TUAN X : Pergilah, pergilah, aku lagi sendat. TUAN X MENUTUP MUKA DENGAN KEDUA GENGGAM TANGANNYA. LALU IA KETAWA SENDIRI, SEPERTI ORANG GELI. PADA SAAT ITU JUGA NYONYA X MUNCUL DIIKUTI DOKTER YANG MEMBAWA TAS DOKTER. KEDUA ORANG ITU MENATAP TUAN X YANG MASIH BELUM MENGETAHUI KEHADIRAN MEREKA. TUAN X TERUS KETAWA GELI. TUAN X : Pergilah, pergilah. NYONYA X : Mas kau usir aku lagi? DOKTER CEPAT MEMBERI ISYARAT KEPADA NYONYA X, AGAR TIDAK MELAYANI SUAMINYA, YANG DIBALAS DENGAN ANGGUKAN OLEH NYONYA X. BERSAMAAN DENGAN GERAKAN KEPALA TUAN X MENEGADAH, MEMANDANG KEDATANGAN ISTERINYA DAN DOKTER. TUAN X MELEMPAR SENYUM KE ARAH ISTERINYA. TUAN X : Syukurlah sekarang si hantu celaka itu sudah pergi. Barusan aku bilang “pergilah”, maksudku menyilahkan si hantu pergi. Karena dia sudah mohon diri. Tapi siapa lelaki yang kau bawa ini. Untuk seorang dukun, kyai, dia terlalu modern potongannya. NYONYA X : Oo ini dokter mas. Dokter penyakit jiwa. TUAN X TERSENTAK, TAJAM PENDANGNYA MENATAP DOKTER. TUAN X : Dokter penyakit jiwa. Tidak tuan, aku bukan orang sinting. Aku tidak perlukan tuan dokter. Eh, rupanya isteriku salah alamat ambil tuan dokter. Dan sekali lagi tuan tidak berhadapan dengan pasien sinting. Jadi sebaiknya tuan dokter pulang saja. Selamat malam. TUAN X KETAWA KECIL SAMBIL MEROGOH SAKU CELANA. TUAN X : Tunggu dulu. Eh, terima dulu sekedar ongkos perjalanan tuan. TUAN X MENGELUARKAN LEMBARAN-LEMBARAN UANG BESAR, DAN MENGHITUNGNYA. MELIHAT GELAGAT SUAMINYA. NYONYA X MENGHAMPIRI DOKTER DENGAN MERAMAH. NYONYA X : Maafkan dokter, dia tidak bermaksud menghina dokter. DOKTER : Oo ya ya. Aku sudah biasa menghadapi orang-orang yang bersikap aneh. Aku maklum, nyonya. TUAN X SAMBIL KETAWA KECIL MENYODORKAN UANG KEPADA DOKTER. TUAN X : Isteriku benar. Aku tidak bermaksud menghina tuan. Terimalah ini semua. Eh, sekedar ganti rugi..... MENDADAK TUAN X BEROBAH WAJAHNYA. MELOTOT MATANYA MENATAP LEMBARAN-LEMBARAN UANG YANG MASIH DALAM GENGGAMANNYA. KETAKUTAN MENGHANTUI HATINYA. TUAN X : Ganti rugi!?! Ganti rugi romusa celaka. Celaka. TUAN X MELEMPAR LEMBARAN-LEMBARAN UANG, SEOLAH MELEMPAR BARANG NAJIS DARI GENGGAMANNYA. PANDANGANNYA TERUS TERTUJU PADA UANG YANG BERSERAKAN DILANTAI. PEROBAHAN MENDADAK NAMPAK PADA WAJAHNYA, DARI SIKAP TAKUT MENJADI SIKAP BERANI. TUAN X : Persetan, haram atau tidak. Semua ini kuperoleh dari hasil perahan akalku. Dan harta adalah harta. Nikmat! LEDAK TAWA TUAN X TANPA MEMPERHATIKAN PANDANGAN ISTERINYA DAN DOKTER, IA DENGAN LANGKAH TERHUNYUNG MASUK KEDALAM KAMAR TIDUR SAMBIL MENJERIT TAWANYA. NYONYA X : Dokter, ia nampak sangat parah. DOKTER : Aku akan cepat bertindak, nyonya. DOKTER BURU-BURU KEKAMAR TIDUR DIIKUTI NYONYA X. WAKTU SIANG. DALAM RUANG YANG SAMA. DOKTER, TENANG MEMPERHATIKAN NYONYA X YANG RESAH MELANGKAH HILIR MUDIK. NYONYA X : Hem, jadi keadaannya bertambah parah, dokter? DOKTER : Belakangan ini langkah daya fikirnya masih terus didesak mundur oleh daya khayal perasaannya. Sedemikian rupa hingga memperlihatkan gejala bahwa ia kini telah terlepas dari kontrol akalnya. Meski kadangkala ia berhasil membebaskan diri dari ilusi yang menghantui. Namun kekuatannya sudah tambah melemah. Nyonya, suami nyonya kini tengah dibayangi kegelapan batin. Satu khayali jahat yang mendadak lahir dari kenangan masa lampaunya pada suatu waktu, kini terus memburu dan mendera batinya pada perasaan ketakutan yang amat sangat. Pada perasaan dosa yang sangat menyiksa. NYONYA X DUDUK SAMBIL MENGHEBUSKAN NAFAS KELUHAN. NYONYA X : Kalau begitu, kini dia sudah tidak normal lagi. Begitu dokter? DOKTER MENGANGGUK. NYONYA X : Apa sekarang dia sudah.....sudah gila? DOKTER : Aku tidak bisa menyebut demikian, nyonya. NYONYA X : Tapi apakah mungkin ia akibat keparahannya lalu menjadi gila? DOKTER : Semua serba mungkin terjadi, nyonya. Namun secara pribadi aku lebih cenderung untuk menyatakan kemungkinan yang baik. Kemungkinan sembuh. Meski itu akan memerlukan waktu lama juga. Nyonya, harus ketahui bahwa sebab utama yang mengakibatkan dia terserang gangguan jiwa, adalah suatu kenangan hitam dari masa lampaunya pada babak sejarah hidupnya yang tertentu. Karenanya ijinkan aku bertanya, apa yang nyonya ketahui tentang masa lampaunya. NYONYA X : Sayang amat dokter, boleh dikata aku tidak tau apa-apa tentangnya. DOKTER : Nyonya, tidak tau apa-apa?!? NYONYA X : Nampaknya kurang meyakinkan dokter, bukan? Namun begitulah. Yang aku tau, ialah bahwa ia seorang duda. Pernah empat kali beristeri. Selalu diakhiri perceraian. Tanpa meninggalkan anak keturunan. Lagi yang aku tau, suamiku rupanya tak lagi punya anak kerabat. Tentang masa lampaunya? Dia tidak pernah bicara. Dan akupun tidak pernah berusaha untuk mengetahuinya. Sebab bagiku yang penting adalah masa kini dan masa depan. Satu hal lagi dokter. Aku nikah dengannya baru berbilang dua tahun ini. DOKTER : Hem, baiklah nyonya. Keterangan nyonya tadi sangat berharga. Namun aku senantiasa masih mengharap keterangan-keterangan yang bersifat pribadi tentang suami nyonya. Keterangan-keterangan mana akan sangat bermanfaat untuk menentukan terapi. Yang pasti akan sangat membantu kemungkinan perubahannya. DOKTER BANGKIT HENDAK PERGI, NYONYA X IKUT BANGKIT, CEPAT MENUKAS. NYONYA X : Dokter, sebagai tuan ketahui akulah satu-satunya wakil pribadi suamiku yang hak. Dan karena keadaan suamiku sekarang, aku mau tidak mau harus mewakilinya dalam segala urusan yang berhubungan dengan kekayaannya. Baik modal yang ditanam diberbagai bank diluar maupun dalam negeri. Serta modalnya diberbagai perusahaan besar. Untuk itu dokter, sangat kuperlukan surat keterangan dokter perihal keadaan suamiku. DOKTER : Ya, apa yang nyonya perlukan akan segera kusiapkan nanti. NYONYA X : Terima kasih. DOKTER MENUJU KE PINTU DIIRINGI NYONYA X. DOKTER : Selamat siang, nyonya. NYONYA X : Selamat siang, dokter. DOKTER TERUS PERGI. SESAAT NYONYA X TEGAK MENATAP KEARAH PINTU KAMAR TAMU. NAMPAK PEROBAHAN PADA WAJAHNYA. RASA SENANG MEMBAYANG PADA SENYUMNYA. LALU IA MEMBALIKKAN BADAN, LAMBAT-LAMBAT MELANGKAH SAMBIL BICARA PADA DIRI SENDIRI. NYONYA X : Kesempatan yang tak terduga untuk menikmati harta berjuta ini, ditanganku sendiri. Dan dengan keterangan dokter akan segera kutuntut perceraian dari cengkraman si tua. Dengan alasan gila, aku akan jadi pewaris tunggal seluruh kekayaan yang berlimpah ruah ini. Dan akan kupakai bernikmat dengan caraku sendiri. Pemuda-pemuda tampan sudah terlalu lama menantiku. NYONYA X SAMBIL SENYUM RIA MELANGKAH KE PINTU KAMAR TIDUR, TAPI BELUM LAGI IA MASUK, MENDADAK MUNCULLAH DARI PINTU KAMAR TAMU TUAN X DALAM PAKAIAN RUMAH SAKIT JIWA. TUAN X : Selamat bersua lagi, dinda tercinta. NYONYA TERSENTAK KAGET. KEKAGETANNYA SEKALIGUS MEMATIKAN SEGALA GAMBARAN PERASAAN RIANYA. IA MEMBALIK, NAMPAK RASA TAKUT PADA SOROT MATANYA TATKALA MELIHAT SUAMINYA SUDAH TEGAK BEBERAPA LANGKAH DIHADAPANNYA. TUAN X MERINGIS LEBAR. TUAN X : Mari kemari dinda.... NYONYA X : Kau.....kau..... TUAN X : Ya, aku suamimu. Bukan setan, bukan hantu. NYONYA X : Dari kandang gila. TUAN X KETAWA. TUAN X : Seperti yang kau lihat, aku pakai uniform khusus untuk penghuni kandang gila. Doktermu dan pembantu-pembantunya terlalu lengah, hingga dengan mudah aku bisa lolos. Ya, dokter terlalu ceroboh, hingga barusan tadi keluar ia tak bisa mencium bahwa sudah ada sembunyi dalam rumah ini. Eh, kau senang dinda. NYONYA X : Ya, mas. Tapi kau...kau sebaiknya istirahat dulu. TUAN X : Nasihat yang baik, dinda. Tapi tentu tidak dikandang gila. NYONYA X : Mas, kau harus mengerti.... TUAN X : Bahwa aku sinting!?! TUAN X KETAWA KECIL. TUAN X : Ya, aku tau bahwa kau senang. Tapi bukan karena aku kembali. Melainkan kerena aku jadi sinting. Bukankah benar dugaanku itu, dinda? NYONYA X CEPAT MELANGKAH KEMEJA KERJA HENDAK MERAIH TELPON. TAPI TUAN X CEPAT MEMBURUNYA, HINGGA ISTERINYA MUNDUR MEMBATALKAN MAKSUDNYA. TUAN X TERUS DUDUK DIKURSI KERJA, SAMBIL TAJAM MENATAP ISTERINYA YANG NAMPAK TAKUT. TUAN X MERINGIS LEBAR, WAJAH DAN SOROT MATANYA MENJALANKAN PENUH DENDAM. TUAN X : Kita memang pasangan yang serasi. Cocok, lagi ideal. Aku dengan watakku yang korup, serakah. Kau dengan watakmu yang culas, serong. NYONYA X TERSENTAK, WAJAHNYA MEMERAH DIBAKAR AMARAH. NYONYA X : Jangan bicara ngawur. TUAN X TERTAWA KECIL. TELUNJUKNYA DITUDINGKAN KEARAH ISTERINYA. TUAN X : Mari, jangan sembunyikan watak kucingmu dibalik bedak dan gincumu. Jangan sembunyikan bau apekmu dibalik taburan parfum. Jangan kira aku tidak tahu bahwa kau mau kukawinkan karena harta karun yang melimpah ini. Karena kau mengharap akan jadi ahli waris yang bakal memiliki harta karunku ini. Dan kini kau fikir segala harta ini sudah tinggal kau petik lagi. Bukan demikian dinda tercinta, dinda tersayang? NYONYA X : Sudah!!! Kau sudah tidak waras lagi. Dan aku tidak sudi jadi bini orang sinting! Bagimu sudah tidak ada lagi tempat didunia ini, selain dirumah gila. Bagimu sudah tak ada lagi hak untuk memiliki segala harta ini. Hidupmu tamat sudah. Kau sudah mati dalam hidup! NYONYA X MELANGKAH HENDAK KELUAR LEWAT PINTU KAMAR TAMU. TAPI LANGKAHNYA TERHENTI TATKALA TUAN X MENDADAK MENGELUARKAN PISTOL DARI LACI MEJA KERJA, DAN DITODONGKAN KE ARAHNYA. TUAN X : Tapi pasti mataku belum buta. Selangkah lagi kau bergerak, jantungmu yang lancung akan kurobek-robek dengan pelor timah ini. TUAN X BANGKIT, DENGAN GERAK KASAR MELANGKAH SAMBIL MENODONGKAN PISTOL DENGAN MATA YANG PENUH DENDAM. NYONYA X TIDAK TAHAN LAGI MENGHADAPI, IA TERUS LARI KELUAR. TUAN X MEMBURU, HENTI DIAMBANG PINTU, TERUS MENEMBAKKAN PISTOL BEBERAPA KALI, DIIRINGI SUARA JERITAN NYONYA X. LALU SEPI SESAAT. TUAN X MENATAP KEARAH KAMAR TAMU, DIMANA ISTERINYA SUDAH MENGGELETAK MATI. SAMBIL MENIMANG-NIMANG PISTOL TUAN X KETAWA KECIL. LALU BICARA SENDIRI. TUAN X : Kita memang pasangan yang serasi. Cocok, lagi ideal untuk pengisi neraka jahanam. Mari kita angkut seluruh harta terlaknat ini kekubur kelam. Tunggu sebentar lagi dinda, sebentar lagi. Sebelum kau kususul dengan jalan singkat lewat pelor yang akan kutembuskan keotakku. Aku akan ringkaskan dulu seluruh hartaku, seringkas-ringkasnya dalam bentuk.......abu! Ya, abu! Harta ini dihitami abu bangkai-bangkai manusia, dan akan kubawa kekubur bersama abu bangkai kita bersama. TUAN X TAWANYA MENGGILA KALAP. TERHUYUNG IA MENUJU KE PINTU KAMAR TIDUR, HENTI SESAAT DI AMBANG. TUAN X : Di sana dalam almari besi benteng penyimpan seluruh kunci harta jahanam. Mari kita angkut ke kubur kelam dalam abu dalam abu!!! TUAN X TERUS MASUK MENJERET TAWANYA YANG MENGGILA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar